Minggu, 11 September 2016

Apa sih ekonomi Kelembagaan itu?

 
Ilmuwan-ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang yang berbeda mengartikan  kelembagaan menurut sudut pandang keilmuwanannya. Doglas North mengartikan kelembagaan sebagai batasan-batasan yang dibuat untuk membentuk pola interaksi yang harmonis antar individu dalam melakukan interaksi politik, sosial dan ekonomi (North, 1990). Berpendapat sama dengan North, Schmid (1972) mengartikan kelembagaan merupakan beberapa peraturan yang berlaku di masyarakat, kelompok atau komunitas, yang mengatur hak, kewajiban, tanggung jawab, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Sedangkan menurut Schotter (1981), kelembagaan merupakan peraturan yang telah disepakati oleh semua anggota masyarakat. Salah satu kunci dalam aspek ekonomi kelembagaan adalah menyangkut property right atau hak pemilikan. Property right ini melekat dalam bentuk aturan formal dan juga norma sosial dan adat. Bagian lain yang juga penting dalam konteks ekonomi kelembagaan adalah menyangkut biaya transaksi.
Biaya transaksi adalah sisi lain atau pendekatan lain yang digunakan untuk menjelaskan aspek ekonomi dari kelembagaan (Black, 2002). Biaya transaksi mempertimbangkan manfaat dalam melakukan transaksi di dalam organisasi dan antara aktor (organisasi) yang berbeda dengan menggunakan mekanisme pasar. Jadi pada intinya, Ekonomi Kelembagaan adalah ekonomi yang menekankan pada hak kepemilikan. Perekonomian dikembangkan oleh individu atau kelompok yang memiliki sarana atau faktor produksi. Sehingga mereka memiliki keleluasaan atau wewenang untuk mengatur dan berperan dalam sektor perekonomian serta pengembangannya.
Adanya aliran Ekonomi Kelembagaan merupakan reaksi dari  ketidakpuasan terhadap aliran Neoklasik, yang merupakan lanjutan dari aliran ekonomi Klasik. Menurut Hasibuan (2003) inti pokok aliran ekonomi Kelembagaan adalah melihat ilmu ekonomi dengan satu kesatuan ilmu sosial, seperti psikologi, sosiologi, politik, antropologi, sejarah, dan hukum. Mereka merangkum hal tersebut dalam analisis ekonomi, namun demikian di antara mereka masih mempunyai ragam dan variasi pandangan. Pada garis besarnya mereka menentang pasar bebas atau persaingan bebas dan motif laba maksimal. Landreth dan Colander (1994) membagi para tokoh ekonomi Aliran Kelembagaan dalam tiga golongan, yaitu tradisional, quasi dan neo. Yustika (2006) membagi aliran kelembagaan kedalam ilmu ekonomi Kelembagaan lama (old institutional economics) dan ilmu ekonomi Kelembagaan baru (new institutional economics). Kombinasi dari kedua pandangan tersebut yaitu:
1.      Aliran Kelembagaan Lama (old institutional economics)
Kritik Veblen sangat tajam terhadap ilmu ekonomi ortodoks, dimana definisi dari ekonomi ortodoks adalah pemikiran ekonomi yang menggunakan dan melanjutkan ekonomi Klasik, seperti persaingan bebas, persaingan sempurna, manusia adalah rasional, motivasi memaksimalkan kepuasan dan meminimalkan pengorbanan ekonomi. Sebaliknya, ekonomi heterodoks melihat perilaku variabel ekonomi dalam lingkungan yang lebih luas, seperti penjelasan-penjelasan yang diberikan aliran sejarah di Jerman dan begitu pula aliran ekonomi kelembagaan yang muncul di Amerika Serikat (Landreth dan Colander, 1994; Brue, 2000; dan Hasibuan, 2003).
Menurut Veblen teori ekonomi ortodoks merupakan teori teologi, oleh karena akhir cerita telah ditentukan dari awal. Misalnya, keseimbangan jangka panjang itu tidak pernah dibuktikan, tetapi telah ditentukan walaupun ceritanya belum dimulai. Ilmu ekonomi menurutnya bukan hanya mempelajari tingkat harga, alokasi sumber-sumber tetapi justru mempelajari faktor-faktor yang dianggap tetap.
2.      Aliran Quasi Kelembagaan
Salah satu dari tokoh aliran ini adalah Joseph Schumpeter. Pemikiran Schumpeter mengacu kepada ekonomi jangka panjang, yang terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru, maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus ekonomi. Keseimbangan ekonomi yang statis dan stasioner seperti konsep kaum ortodoks mengalami gangguan dengan adanya inovasi. Meskipun demikian, gangguan tersebut dalam rangka berusaha mencari keseimbangan yang baru. Inovasi bisa tidak berlanjut kalau kaum wiraswasta telah terjebak dalam persoalan-persoalan yang sifatnya rutin. Meskipun Schumpeter kadang-kadang masih menggunakan beberapa asumsi ekonomi ortodoks, akan tetapi juga memasukkan aspek dinamik dengan mengkaji terjadinya fluktuasi ekonomi dimana terjadi resesi, depresi, penyembuhan (recovery) dan berada puncak (boom).
Invensi dan inovasi merupakan kreativitas dalam pembangunan, tetapi dapat terkandung sifat destruktif. Jadi dengan inovasi tersebut keseimbangan yang statis terganggu, oleh karena arus uang meningkat dan tingkat harga juga meningkat. Sebaliknya terjadi pula kontraksi bila barang-barang baru itu melimpah di pasar, sedangkan kredit harus dibayar, sehingga tahap resesi akan terjadi seperti telah dikemukakan oleh Micthell. Meskipun begitu, keseimbangan baru dapat terjadi lagi tetapi tidak dalam kondisi semula. Posisi keseimbangan baru berada dalam titik keadaan yang lebih besar karena telah terjadi pertumbuhan ekonomi.
3.      Aliran Kelembagaan Baru (new institutional economics)
Aliran Ekonomi Kelembagaan Baru (New Intstitutional Economics disingkat NIE) dimulai pada tahun-tahun 1930-an dengan ide dari penulis yang berbeda-beda. Menurut Yustika (2006), pada tahun-tahun terakhir ini terjadi kesamaan ide yang mereka usung itu kemudian dipertimbangkan menjadi satu payung yang bernama NIE. Secara garis besar, NIE sendiri merupakan upaya perlawanan terhadap dan sekaligus pengembangan ide ekonomi Neoklasik, meskipun tetap saja dapat terpengaruh oleh ideologi dan politik yang pada pada masing-masing para pemikir.
Ronald Coase yang memperoleh hadiah Nobel Ekonomi pada tahun 1991 dan merupakan salah satu peletak dasar NIE, mengembangkan gagasannya tentang organisasi ekonomi untuk mengimbangi gagasan intelektual kebijakan kompetisi dan regulasi industri Amerika Serikat pada tahun 1960-an, yang menganggap semua itu dapat dicapai oleh kebebasan ekonomi dan kewirausahaan. Meskipun begitu, NIE bisa begitu menarik bagi sebagian pemikir kiri (left-wing thinkers), yaitu mereka yang merasa NIE dapat menyediakan dasar intelektual (teoritis) untuk melunturkan dominasi aliran Neoklasik atau aliran sejenisnya yang bertumpu kepada keberadaan pasar bebas.


Daftar Pustaka
Santosa, Purbayu Budi. 2008. Relevansi dan Aplikasi Aliran Ekonomi Kelembagaan. Vol. 9, No. 1, Juni: 46 - 60

Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Penerbit Erlangga. Jakarta

#TUGAS1 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar