Sabtu, 24 September 2016

Paradigma Ekonomi Kelembagaan



Pada minggu ketiga ini saya akan meringkas tentang paradigma ekonomi kelembagaan, teori ekonomi kelembagaan menggunakan pendekatan multidisipliner untuk mengkaji fenomena ekonomi, yakni dengan memasukkan aspek sosial, hukum, politik, budaya, dan yang lain sebagai satu kesatuan analisis. Jadi, pada asas ini, teori ekonomi kelembagaan paralel dengan sifat asasi dari ilmu sosial, yakni sejak awal harus disadari bahwa ilmu sosial memiliki 2 dimensi yang harus dipahami secara kritis. Pertama, jika berkaitan dengan negara, ilmu sosial tidak hanya memiliki daya penjelas atau kapasitas interpretatif, tetapi juga berpotensi melegitimasi dan mendelegitimasi. Kedua, bila bersinggungan dengan masyarakat, maka ilmu sosial tidak berbicara tentang legitimasi dan delegitimasi, melainkan tentang ilmu-ilmu sosial instrumental dan ilmu-ilmu sosial kritis. Ilmu-ilmu sosial sosial instrumental bisa dimaknai sebagai disiplin ilmu-ilmu sosial yang bertujuan akhir pada tindakan, yaitu pada dominasi masyarakat. Sedangkan ilmu-ilmu sosial kritis memiliki tujuan akhir pada emansipasi masyarakat. Emansipasi ini bertolak dari dalam, dengan memerdekakan kesadaran dari keadaannya yang tidak reflektif (Kleden, 1997:27-28).

Perilaku Teknologis dan Ideologis
Analisis ilmu ekonomi bisa dibagi dalam empat cakupan: alokasi sumberdaya, tingkat pertumbuhan kesempatan kerja, pendapatan, produksi dan harga, distribusi pendapatan, struktur kekuasaan. Menurut Veblen, kelembagaan adalah kumpulan norma dan kondisi-kondisi ideal yang direprodiksi secara kurang sempurna melalui kebiasaan pada masing-masing generasi individu berikutnya. Dengan demikian, kelembagaan berperan sebagai stimulus dan petunjuk terhadap perilaku individu. Para ahli kelembagaan berpendapat bahwa rentang alternative manusia ditentukan melalui struktur kelembagaan atau konteks dimana mereka lahir, yakni ruang untuk memulai analisis dengan melihat struktur kelembagaan. 
Aliran Veblen membedakan antara perilaku teknologis dan kelembagaan sebagai titik awal untuk menerangkan kontribusi teoritis dari aliran kelembagaan. Pikiran dan tindakan teknologis atau instrumental meliputi penjelasan dari sebab ke akibat. Tindakan ini adalah tindakan yang bukan bersifat kekerasan/paksaan dan menjadi pokok dari verifikasi empiris tentang kemampuanya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebaliknya, perilaku kelembagaan dan seremonial dibengkokkan dengan pertimbangan-pertimbangan peringkat dan status. Perilaku ini dilakukan dengan tekanan sosial dan diservikasi melalui kewenangan yang ada. Aktivitas yang bersifat instrumental yakni upaya untuk menghentikan pemahaman keilmuan/keilmiahan, merupakan kekuatan dinamis dalam pembangunan ekonomi. Sebaliknya, kelembagaan adalah kebiasaan umum dari system status di masyarakat, seperti kelaziman, hukum, politik, agama, dan moralitas.
Setiap analisis kelembagaan diminta untuk hati-hati dalam merumuskan perilaku. Perilaku yang mendasar pada akar tindakan manusia dalam struktur kelembagaan (norma, pekerjaan, peraturan-peraturan, pemanfaatan, dan keinginan) ketimbang keinginan individual yang banyak dianggap tidak asli atau tidak bisa dipercaya karena sifat subjektif dan introspektifnya. Behaviorisme memahami keinginan individu, bila harus digunakan dalam analisis, sebagai suatu keinginan yang muncul dari kelembagaan budaya dimana individu tersebut lahir. Jadi individu tidak berdiri sendiri, tetapi beralas dari struktur sosial.
Individu secara terbatas mengarah pada transaksi hukum dan kesepakatan. Dengan demikian oleh ahli kelembagaan, pasar tidak dilihat sebagai mekanisme yang netral untuk melakukan alokasi yang efisien dan kesederajatan distribusi. Namun, para ahli kelembagaan melihat pasar sebagai mekanisme yang bisa dari banyak hal. Dalam hal ini, pasar dianggap sebagai refleksi dari eksistensi kekuasaan; sehingga pasar tidak hanya mengontrol, tetapi juga dikontrol.

Realitas Dan Evolusi
Filsafat kontemporer tentang ilmu pengetahuan telah digunakan untuk memahami metodologi ahli kelembagaan dan bagaimana kelembagaan ini berbeda dari ekonomi konvensional. Tentu saja, dalam perspektif ini,tugas utama ekonom modern adalah untuk memahami, menginterprestasikan, dan menjelaskan kenyataan yang ada di sekitarnya, Tetapi, tujuan utama ini seringkali memunculkan pertayaan, bagaimana proses penjelasan tersebut telah menjadi sumber kontroversi yang besar. Pada intinya adalah isu bahwa ilmu pengetahuan modern dibedakan hanya pada sisi persoalan subjek, bukan dalam metode. Mazhab formal, yang meliputi positivisme logis dan rasionalisme, termasuk dalam kubu yang mempunyai pandangan seperti itu,sehingga sebagian besar ekonomi konvensional masuk kedalam kategori ini.
Sebaliknya, aliran Holistik, termasuk model-model pola dan cerita, mengungkapkan keyakinan bahwa perubahan subjek juga sekaligus memerlukan perubahan metode. Ekonomi kelembagaan, ekonomi politik radikal,dan marxisme masuk ke dalam kategori ini (Wilber dan Harrison,1988:96). Dengan kategorisasi ini, metode dalam tradisi ekonomi kelembagaan merupakan hal yang sama pentingnya dengan subjek itu sendiri. Bahkan,seringkali, subjek merupakan satu kesatuan dengan metode itu sendiri. Selanjutnya, subjek dan metode tersebut juga berkaitan dengan data. Robert Heilbroner menyatakan bahwa bentuk data ekonomi tertentu adalah tidak stabil. Dia mengklasifikasikan data ekonomi kedalam dua kategori berbeda, pertama, data berhubungan dengan the physical nature of the production process, sedangkan yang kedua, data yang berhubungan dengan the behavioral response to economic stimuli.
Dengan demikian, aliran kelembagaan bersifat holistic karena memfokuskan pada pola hubungan diantara bagian-bagian keseluruhan. Hal ini sekaligus merupakan tindakan yang evolusioner karena perubahan-perubahan didalam pola hubungan dilihat sebagai esensi dari realitas sosial. Pada tingkat yang lebih kongkrit, ekonomi kelembagaan memberi apresiasi terhadap sentralisasi kekuasaan dan konflik dalam proses ekonomi. Dengan dasar inilah, ekonomi kelembagaan meletakkan aspek sosial, budaya, hukum, politik dan lain-lain ebagai satu kesatuan unit analisis yang tidak dapat dipisahkan.

Metode Kualitatif: Partikularitas dan Subyektivitas
Memahami individu atau masyarakat tidak hanya soal subyek tetapi juga metode. Metode itulah yang akan membawa kepada kebenaran dan kebenaran inilah yang hendak giuji dalam dua pendekatan penelitian ilmu sosial, yaitu metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian kuantitatif ini terdiri dari tiga permis: general, obyektif, dan prediktif (terukur). Pendekatan ini percaya bahwa fenomena sosial berlaku secara universal dan setiap tindakan-tindakan individu merupakan turunan dari perilaku kumpulan individu. Sebaliknya, penelitian kualitatif dimengerti dengan tiga premis yang berlawanan dengan kuantitatif, yaitu: partikular, subyektif, dan nonprediktif. Premis-premis inilah yang menjadi dasar dari konstruksi penelitian kualitatif, yang sekaligus menjadi metode analisis ekonomi kelembagaan.
Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara tradisional sering dibedakan menurut pendekatan epistemologinya. Metode kualitatif bersandar pada pendekatan interpretatif sedangkan metode kuantitatif bersandar pada pendekatan positivistik (Meetoo dan Temple, 2003:5). Setiap penelitian harus berurusan dengan representasi, yakni pilihan dan jumlah sampel yang dipakai. Pada penelitian kualitatif tidak berbicara mengenai jumlah namun langsung menunjuk pada penggunaan satu daerah, komunitas, kelompok, dan lain-lain sebagai sampel penelitian. Hal tersebut berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menganggap sampel mewakili gambaran populasi, sehingga jumlah sangat mempengaruhi layak tidaknya sampel tersebut menjadi representasi populasi. Dengan dasar itu, ilmu ekonomi beranggapan dapat menyajikan suatu penilaian yang obyektif, yang kemudian disebut sebagai fakta. Penelitian kuantitatif dianggap lebih obyektif karena keberhasilannya untuk dapat mengukur dan membandingkan atas data-data yang dimiliki.

Nonprediktif: Nilai Guna Dan Liabilitas Data
Membedakan Penelitian kuantitatif dan kualitatif berdasarkan sifat prediktif dan non prediktif bahwa penelitian kuantitatif biasanya berujung pada peramalan tentang kemungkinan peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi akibat adanya pemantik yang diberikan. Dengan model ini peneliti lebih tergerak untuk memberikan informasi dari pada prediksi. Penelitian kualitatif lebih banyak merujuk kepada pemaknaan konsep, definisi, karakteristik, metafora, simbol dan deskripsi atas sesuatu. sebaliknya, penelitian kantitatif berkonsentrasi untuk menghitung dan mengukur sesuatu. Penelitian kualitatif dan kuantitatif berlainan dimana yang pertama memberikan penjelasan dan yang kedua menyodorkan ramalan. Ada dua alasan mengapa penelitian kualitatif tidak berminat meramalkan kejadian di masa depan yang pertama pada tingkat filosofis watak sebuah penelitian sosial tidak harus tahu tentang kejadian dimasa depan, seberapa besarnya peluang untuk melakukan itu. yang kedua pada tatanan pragmatis nilai guna sebuah penelitian bukan terletak pada kemampuannya untuk memprediksi, melainkan kesanggupannya untuk menyodorkan pemahaman-pemahaman baru melalui analisis yang mendalam.
Hubungan antara pendekatan ekonomi kelembagaan dengan pendekatan kualitatif lebih mudah dipetakan, pendekatan ekonomi kelembagaan memberikan jalan keluar bagaimana cara memahami sebuah proses sosial yang kompleks sedangkan penelitian kualitatif menyediakan metode untuk mengorek secara mendalam sebab akibat dari proses sosial tersebut. Meskipun begitu penelitian kuantitatif tidak haram digunakan dalam analisis ekonomi kelembagaan. Sampai batas tertentu ukuran-ukuran yang mungkin dikuantifikasi tetap bermanfaat sebagai analisis ekonomi kelembagaan. misalnya, ukuran efisiensi dalam ekonomi kelembagaan bisa dilacak dari biaya transaksi yang muncul. Semakin besar biaya transaksi yang muncul dari pertukaran berarti menunjukkan kelembagaannya tidak efisien, untuk tiba pada kesimpulan efisien atau inefisien itulah seringkali dibutuhkan pengukuran.

Daftar Pustaka
Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Penerbit Erlangga. Jakarta


#TUGAS3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar