Sabtu, 17 September 2016

Pemaknaan Ekonomi Kelembagaan



Setelah minggu kemarin meringkas “Apa sih Ekonomi Kelembagaan itu?”, minggu ini saya meringkas materi “Pemaknaan Ekonomi Kelembagaan”. Dalam kajian historis, akar dari teori kelembagaan sendiri sesungguhnya sudah dimulai sejak lama, terutama ahli kelembagaan dari tradisi AS (American Institutonal Tradition), seperti Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, John R. Commons dan Clarence Ayres. Di samping itu, ada juga varian lain yang melekat pada ekonom klasik semisal Adam Smith dan John Stuart Mill ; Karl Max dan aliran Marxian lainya; Mazhab Austria seperti Menger, Von Wieser dan Hayek ; Schumpeter; dan tokoh Neoklasik khususnya Marshall. Tradisi yang pertama (American Institutionalist Tradition) kemudian dikenal sebagai “Ilmu Ekonomi Lama” (Old Institutionalist Economics). “New Institutionalist Economics (NIE) diambil dari Oliver Williamson (1975), biasanya NIE juga disebut “Mathematic Institutional Economics”. “Theoretical Institutional Economics”, “Modern Institutional Economics” dan “Neo-institutional Economics”.
Ekonomi kelembagaan lama sebagian besar bersumber dari dua proyek penelitian, yakni penelitian pertama yang dipelopori oleh Thorstein Veblen (yang kemudian dikembangkan dan dimodifikasi oleh Clarence Ayres) dan penelitian kedua di pandu oleh John R. Commons. Veblen memusatkan perhatianya pada dikotomi antara bisnis dan aspek industrial dalam perekonomian yang selanjutnya fokus kajian ini pengembangan dikotomi antara kelembagaan dan teknologi. Sedangkan Commons lebih berkonsentrasi kepada hukum, hak kepemilikan (property rights), dan organisasi yang memiliki implikasi terhadap kekuatan ekonomi, transaksi ekonomi dan distribusi pendapatan. Kelembagaan dilihat sebagai pencapaian dari proses formal dan informal dari resolusi konflik. Jika konflik tersebut bermuara kepada penciptaan (perubahan) kelembagaan yang memiliki “nilai yang masuk akal” atau menghasilkan “irama kerja yang saling menguntungkan” atau maka bisa dikatakan proses tersebut ‘telah berhasil’ demikian sebaliknya.
Sebagai abstraksi, Challen (2000:13-14) mengungkapkan beberapa karakteristik umum dari kelembagaan yakni:
1.   Kelembagaan secara sosial diorganisasi dan didukung, yang biasanya kelembagaan membedakan setiap rintangan rintangan atas perilaku manusia, misalnya halangan biologis dan rintangan fisik.
2.             Kelembagaan adalah aturan aturan formal dan konvensi informal serta tata perilaku.
3.       Kelembagaan secara perlahan lahan berubah atas kegiatan kegiatan yang telah dipandu maupun di halangi.
4.             Kelembagaan juga mengatur larangan larangan dan persyaratan persyaratan.
Definisi dari ekonomi kelembagaan justru memfokuskan kepada studi  mengenai struktur dan fungsi dari sistem hubungan manusia atau budaya yang secara eksplisit mencangkup perilaku dan keinginan individu, dengan mempertimbangkan perilaku kelompok dan tujuan tujuan umum masyarakat. Konteks sektor industri, kelembagaan merupakan seperangkat aturan-aturan yang mempengaruhi bagaimana perusahaan mengorganisasi untuk produksi dan menyediakan barang/jasa maupun berinteraksi dengan perilaku ekonomi lain. Praktik industri standar adalah kepemilikan yang krusial dari struktur industri yang merefleksikan pelaksanaan keputusan keputusan yang dibuat oleh perusahaan individu.
Semua atau sebagian besar dari ekonom kelembagaan adalah pragmatis, mempelajari fakta bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk menyelesaikan masalah masalah dan membuat kehidupan menjadi lebih baik. Faktanya, menurut Kapp ekonomi kelembagaan selalu bertujuan untuk menciptakan representasi yang menyeluruh dari proses ekonomi, baik di dalam maupun bagian dari sistem sosial yang kompleks dan interaksi yang terjadi di dalamnya.
            Pendeknya, ciri ekonomi kelembagaan bisa ditandai dari tiga karakteristik berikut:
1.             Adanya kritik umum terhadap anggaran awal dan elemen normatif yang tersembunyi dari analisi ekonomi tradisional.
2.             Pandangan umum proses ekonomi sebagai sebuah sistem terbuka dan sebagai bagian dari jaringan sosio-kultural sebuah hubungan.
3.     Penerimaan umum atau prinsip “aliran sebab akibatsebagai hipotesis utama untuk menjelaskan dinamika proses ekonomi, termasuk proses keterbelakangan dan pembangunan.
  Jika di komparasikan antara ekonomi kelembagaan dan ekonomi neoklasik maka keduanya meyakini bahwa esensi dari ilmu ekonomi adalah bagaimana menghasilkan atau mendistribusikan barang dan jasa yang sangat terbatas. Keduanya juga mengasumsikan kemampuan manusia untuk mengelola hal itu, serta percaya pada sistem dan mekanisme insentif dan disintensif. Ekonomi kelembagaan dan ekonomi neoklasik percaya terhadap prinsip prinsip kegunaan yang makin lama makin berkurang. Baik ekonomi kelembagaan maupun ekonomi neoklasik merasa yakin akan kemampuanya untuk mengatasi kompetisi pasar tidak sempurna. Ekonomi neoklasik jelas sangat peduli terhadap perubahan atau konsekuensi yang terjadi akibat perubahan kegunaan kepuasan individu.
Samuel menyimpulkan delapan aspek dari ekonomi kelembagaan :
1.   Ekonomi kelembagaan cenderung menekankan kepada proses evolusioner melalui penolakannya terhadap teori ekonomi klasik yang percaya terhadap mekanisme penyesuaian otomatis lewat perubahan perubahan dalam sistem harga.
2.        Ahli-ahli kelembagaan menolak pandangan neoklasik mengenai pasar bebas dan pasar yanga efisien. Mereka mengutamakan pandangan tentang eksistensi kelembagaan yang mengandaikan adanya tindakan kolektif dari individu-individu di dalam masyarakat. Mereka juga berargumentasi bahwa sistem pasar itu sendiri merupakan hasil dari perbedaan kelembagaan yang telah eksis dalam kurun waktu tertentu.
3.       Ide penting yang dibuat oleh ekonom kelembagaan adalah bahwa faktor teknologi tidaklah ‘given’. Teknologi merupakan proses perubahan yang berkesinambungan dan hal itu menyebabkan perubahan yang penting pula. Dengan pandangan itu, teknologi bisa menentukan ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya fisik.
4.           Ahli kelembagaan mengampanyekan yang menyatakan bahwa sumber daya dialokasikan melalui struktur kelembagaan yang bermacam-macam dan dalam beragam hubungan kekuasaan yang hidup di masyarakat.
5.          Menurut Samuels kelembagaan merupakan nilai yang tidak melihat harga harga relatif, namun nilai kepentingan terhadap kelembagaan, struktur sosial dan perilaku.
6.             Kultur dan kekuasaan menentukan cara bagaimana individu berperilaku.
7.         Samuel berpandangan bahwa ahli ekonomi kelembagaan lebih pluralistik atau demokratis dalam orientasinya.
8.    Akhirnya, ekonomi kelembagaan melihat ekonomi merupakan cara pandang yang menyeluruh dan mecoba untuk menjelaskan aktivitas ekonomi dalam perspektif multidispliner.
Sebelumnya dijelaskan Ekonomi kelembagaan lama, sekarang kita membahas Ekonomi kelembagaan baruEkonomi kelembagaan baru tersebut di kembangkan oleh penulis yang berbeda-beda yang lebih kurang di mulai dari kerja kerja mereka pada dekade 1930-an. Mengembangkan gagasan tentang organisasi ekonomi untuk mengimbangi gagasan intelektual kebijakan kompetisi dan regulasi industri Amerika Serikat pada dekade 1960-an, yang menganggap semua itu bisa dicapai oleh kebebasan ekonomi dan kewirausahaan. Dalam pendekatan NIE (New Institutional Economic), kehadiran informasi yang tidak sempurna, eksternalitas produksi dan barang barang publik diindenfikasi sebagai sumber terpenting terjadinya kegagalan pasar. Kegagalan kelembagaan tersebut merujuk kepada struktur kontrak dan hukum, serta regulasi dari penegakan pihak ketiga yang lemah, padahal semua itu harus di perkuat untuk dapat menjalankan transaksi pasar.
NIE beroperasi pada dua level yakni lingkungan kelembagaan dan kesepakatan kelembagaan. Seperangkat struktur aturan politik, sosial, dan legal yang memapankan kegiatan produksi, pertukaran dan distribusi. Institutional arrangement merupakan kesepakatan antara unit ekonomi untuk mengelola dan mencari jalan agar hubungan antar unit tersebut bisa berlangsung, baik lewat cara kerja sama maupun kompetisi. Menurut Williamson, melalui pasar, pasar bayangan, maupun model kontrak yang memakai hierarki. Jadi fokusnya adalah transaksi individu dan pertanyaan berkaitan dengan bentuk organisasi. NIE adalah pengembangan dari ekonomi neoklasik yang memasukan peran biaya transaksi dalam pertukaran dan juga mengambil kelembagaan sebagai rintangan kritis dalam upaya memeroleh kinerja ekonomi. Secara eksplisit cabang-cabang ilmu ekonomi kelembagaan itu ingin menunjukan bahwa fenomena ekonomi tidak dapat dilihat hanya dari perspektif ekonomi semata, tetapi harus ditangani secara lebih luas. Ekonomi kelembagaan melihat transaksi sebagai kejadian sosial yang berdimensi luas. Secara lebih spesifik, perilaku manusia dalam semua kegiatan sebetulnya ditentukan oleh dua hal yakni keuntungan ekonomi dan penerimaan sosial.

Daftar Pustaka
Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Penerbit Erlangga. Jakarta



#TUGAS2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar